Jakarta - Seperti diberitakan sebelumnya, Pee Wee Gaskins telah menggelar tur konser tiga hari di ibu kota Filipina dengan tajuk Thrilla in Manila pada Kamis (25/8) hingga Sabtu (27/8) lalu. Dan ketika ditanya oleh Rolling Stone Indonesia mengenai perbedaan paling mencolok dalam melakukan konser di Filipina dan Indonesia, komplotan pop punk asal Jakarta ini menunjuk pada gelagat penikmat musik dari kedua negara yang berbeda jauh.
“Habit penonton di sana jauh berbeda dengan di sini. Mereka lebih kepada mendengarkan dan melihat penampilan, untuk menikmati sampai moshing gitu nggak ada. Bahkan, band metal paling besar di sana pun nggak di-moshing-in,” ujar bassist Alditsa “Dochi” Sadega”.
Dochi menambahkan, “Mereka juga masih dalam tahap penasaran terhadap Pee Wee Gaskins, dan nggak jaim (jaga image) sama sekali. Mereka mendatangi kami untuk menanyakan, ‘Apa nama band elo tadi? Dari Indonesia ya? Cheers!’ Jadi kami sama-sama kenalan, Pee Wee Gaskins kenalan sama pendengar baru, pendengar baru juga kenalan sama Pee Wee Gaskins.”
Mengenai imbas yang diharapkan dari penampilan mereka di Manila, Pee Wee Gaskins mengaku tidak mengharapkan apa-apa.
“Kebetulan kami memang ada kesempatan untuk main di Filipina, ingin tahu crowd-nya seperti apa. Ekspektasi kami di Filipina ya untuk kesenangan kami selama di negeri itu, bukan untuk dibawa ke mana-mana,” ujar Dochi.
Soal ekspektasi tersebut, gitaris Harry “Ayi” Pramahardhika menjelaskan: “Ekspektasi kami alhamdulillah tersampaikan. Seperti ketika kami main di festival Sonic Boom Shockwave, ada sekumpulan penonton yang menghampiri kami untuk memuji penampilan kami dan mengajak foto bersama.”
Undangan untuk melakukan tur Thrilla in Manila sendiri diawali dengan undangan tampil sebagai headliner di sebuah festival musik tahunan Filipina, Sonic Boom Shockwave, pada 27 Agustus nanti di Makati City, Manila. Undangan tersebut datang langsung dari seseorang dengan nama Alex Lim, yang tak lain dan tak bukan merupakan petinggi festival tersebut. Selain itu, Lim juga merupakan manajer bagi dua band alternatif terbesar di sana, Urbandub dan Faspitch, serta memiliki acara radio alternatif yang memiliki banyak pendengar.
Lim memutuskan untuk mengundang Pee Wee Gaskins setelah menyaksikan penampilan mereka di festival musik Jakarta Jam 2011. Tujuan utama Lim ketika mendatangi festival tersebut adalah guna menonton New Found Glory secara live, namun ia menyempatkan diri untuk melihat band-band Indonesia yang turut memeriahkan festival tersebut. Satu yang paling berkesan, Pee Wee Gaskins. Komunikasi pun dimulai di tempat, Lim mendatangi Pee Wee Gaskins dan mulai mengenalkan dirinya kepada setiap personel.
Terima kasih kepada Internet dan surat elektronik, hubungan Lim dengan Pee Wee Gaskins, terutama Dochi, pun terjalin dengan baik. Beberapa lagu Pee Wee Gaskins mulai diputar di acara radionya. Dan ternyata respon positif terhadap lagu-lagu Pee Wee Gaskins datang berhamburan. Bahkan, ada beberapa band di Filipina yang membawakan ulang lagu Pee Wee Gaskins yang berbahasa Inggris.
Selain tampil pada gelaran kelima Sonic Boom Shockwave, Pee Wee Gaskins juga tampil di dua tempat lain sebagai ajang pemanasan, yaitu Saguijo Cafe, Makati pada 25 Agustus dan 19 East, Muntinlupa City pada 26 Agustus.